
Khidmatnya Perayaan Mulud Adat Bayan
Lombok Utara – Secara turun temurun, perayaan mulud adat di Bayan lombok Utara berjalan dengan khidmat dan penuh kesakralan. Perayaan maulid yang digelar dengan adat waktu telu terus dilestarikan oleh masyarakat adat. Meski tekhnologi telah memasuki arena upacara adat, namun tak sedikitpun mempengaruhi sakralnya ritual dalam perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di Gumi Dayan Gunung. Setiap tahun, tepatnya tanggal 14 hingga 15 Rabiul Awwal penanggalan Hijriah dan atau tanggal 12 hingga 14 bulan mulud penaggalan sasak bertepatan dengan tanggal 10 dan 11 bulan Oktober 2022 masyarakat adat Bayan secara bersama sama menggelar mulud adat di Masjid Kuno masing masing wet atau bagian.
Wartawan media ini seperti khalayak secara umum, mendatangi Masjid Kuno Bayan yang dijadikan tempat utama dalam setiap perayan mulud adat wet Bayan. Sedangkan wet Sukadana, Anyar dan Loloan juga menggelar perayaan mulud adat di masjid kuno nya masing masing.
Mulud adat tidak sama dengan perayaan maulid pada umumnya. Dalam perayaan mulud adat, kesakralan sangat terasa karena dilakukan dengan adat waktu telu yang dahulu pernah dianut oleh masyarakat lombok pada awal agama islam masuk ke pulau seribu masjid ini.
Mulud adat bayan itu sendiri digelar dua hari setelah perayaan maulid atau tanggal 14 bulan Rabiul Awwal. Perayaan mulud diawali dengan prosesi pengumpulan hasil bumi ke salah satu tokoh adat yang bernama Inan Menik atau sejenis bendahara desa yang dilanjutkan dengan ritual menyembek.
Selanjutnya, setelah hasil bumi terkumpul dihari yang sama sekitar pukul 15.30 ritual taikan mulud pun dimulai.
Secara bersama sama, muda mudi warga Bayan dengan menggunakan pakaian adat dan diiringi tembang melakukan ritual menutu atau menumbuk padi untuk menghasilkan beras.
Setelah itu, secara bersama sama pula warga akan mendatangi sungai untuk mencuci beras yang akan dihidangkan kepada para tamu undangan di Masjid Kuno Bayan.
“Prosesnya itu dimulai dengan penumbukan padi dengan menggunakan pakaian adat,” ujar Raden Asjanom, Pemangku Adat Bayan.
Ditambahkan Raden Asjanom bahwa, penyajian makanan kepada para tamu undangan yang dikenal dengan praje mulud menjadi acara puncak peringatan mulud adat bayan setiap tahunnya.
Lebih lanjut ditegaskan pemangku adat wet bayan itu bahwa perayaan mulud adat harus tetap dijaga kesakralannya. Iapun tidak berharap perayaan mulud adat dipenuhi dengan acara seremonial seperti pidato pidato para pejabat.
Sebagai acara pelengkap, presean dimalam hari dengan pencahayaan seadanya menjadi tontonan menghibur para wisatawan sehingga menambah kesan sakral acara adat tersebut.(shd/klu)