NTB Kembangkan Industri Busana Muslim
Mataram – NTB sebagai salah satu provinsi yang menjadikan industrialisasi sebagai program unggulannya mendapatkan celah untuk memulai industri busana. Sesuai permintaan Gubernur pada rapat sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Achris Sarwani mempresentasikan rancangan menuju NTB Sebagai Pusat Industri Busana Muslim, Selasa malam, 23 Juni 2020).
Achris dalam presentasinya mengatakan bahwa NTB menjadi pusat industri busana muslim, oleh sebab itu Perwakilan BI NTB menyiapkan program untuk mendorong NTB agar menjadi pusat industri busana muslim, program tersebut diberi nama NTB Goes to Moslem Fashion Industry .
“Kita tahu bahwa langkah pertama adalah awal dari sebuah perjalanan panjang, kita pilih ini (industri busana muslim), karena kota punya dua hal yaitu potensi di dalam negeri sekaligus potensi pasarnya,” jelas Achris.
Ia menyampaikan, potensi transaksi khusus busana muslim 200 miliar dolar. NTB memiliki berbagi bahan kain tenun khas di beberapa daerah yang dapat diolah menjadi produk pakain muslim.
“Saya yakin kalau ibu-ibu disini kenal dengan tenun kita, tenun khas sumbawa, bima Dompu, dan lebih banyak lagi di Lombok seperti priggasela, kembang kerang, songket barujai, komise, sukarara, serta anteng bayan,” sebutnya.
Namun, Achris mengungkapkan bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi oleh NTB terkait industri busana Muslim yaitu kualitas kain sebagai bahan, kapasitas dan kontinuitas produksi yang belum dapat konsisten, serta biaya produksi yang relatif tinggi dikarenakan masih dikelola secara tradisional. Hal itu mengakibatkan produk ready to wear sangat tinggi dibandingkan produk lainynya.
Untuk mengatasi hal tersebut, BI membuat beberapa terobosan yaitu, pengembangan bahan baku tekstil, menyiapkan SDM yang fokus terhadap busana Muslim, industrialisasi bidang busana Muslim, distribusi hingga promosi untuk produk busana lokal.
“Kita punya program paling utama dari hulu hingga hilir, mulai klaster tenun, fashion production inkubator, fashion desainer, model, para wirausaha, distribusi dan komersialisasi, hingga pengembangan brand lokal eNTeBe” terangnya.
Dalam program ini, BI NTB melibatkan banyak pihak, mulai dari UMKM, pelaku seni, hinggal instansi-instansi yang sejalan dengan program ini.
“Kita punya mitra utama ada dari teman-teman dinas perindustrian dan dekranasda, juga akan ada beberap instansi lainnya yaitu dispar, diskop UMKM,” lanjutnya.
Dispar dilibatkan dalam program ini dikarenakan dispar adalah salah satu instansi yang berjalan pada industri kreatif dan industri ini dijalankan oleh para UMKM lokal, oleh sebab itu Dinas terkait turut dilibatkan.”Dirpar dilibatkan karena memang kaitannya dengan industri kreatif, dan diskop UMKM karena akan melibatkan produsen level UMKM,” terang Alumni ITB ini.
BI NTB sejauh ini sudah mulai melaksanakan tahap industrialisasi busana muslim yang dimulai dengan memproduksi kain lokal yang dijadikan sebagai bahan untuk membuat pakaian muslim buatan NTB, Gumise Lombok barat dijadikan pilot projek sebagai sentra tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) yang membantu memproduksi kain tenun dengan jumlah banyak.
“Yang perlu kita tingkatkan adalah kontinuitas, industri membutuhkan yang kontinyu dan yang jumlahnya banyak supaya mendapatkan harga yang lebih murah, ini yang kita lakukan disisi produsen,” terangnya.
Marketing untuk brand lokal eNTeBe dilakukan dengan melaksanakan pameran, business matching, menjalin kerjasama dalam beberapa kegiatan terkait busana, serta perkenalan dari media dan katalog.
Beberapa tahap sudah dilaksanakan oleh BI ditahun 2019 dan 2020 ini. Pada tahun-tahun mendatang yaitu 2021 dilakukan kerjasama dengan beberapa instansi, tahun 2022 menjaga kematangan/kesiapan kompetensi SDM para pelaku industri busana, mendorong lahirnya brand lokal lainnya.
Tahun 2023 optimalisasi Promosi Brand “EnTeBe” menembus pasar nasional, optimalisasi kesiapan kompetensi SDM/para pelaku industri busana dan tahun 2024 ditargetkan NTB sebagai Pusat Industri Busana Muslim Nasional.