
Pemprov NTB Siap Bantu Kembangkan Industrialisasi Tenun di Bima
Pemerintah Provinsi NTB melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait akan membantu pengembangan industrialisasi tenun di Oi Fo’o, Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima. Harapannya Oi Fo’o dapat dikenal dengan tenun khasnya.
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah serangkaian Safari Ramadhan pada Minggu (2/4) lalu di Bima berkesempatan menyapa masyarakat di Kelurahan Oi Fo’o.
Diskusi itu yang dihadiri mayoritas ibu-ibu yang mengenakan kain tenun khas Bima. Oi Fo’o yang terkenal dengan potensi tenunnya, diminta untuk terus mengembangkan Industri tenun karena potensinya yang besar.
“Industrialisasi itu adalah upaya kita mengembangkan perekonomian masyarakat. Jadi industrialisasi ini membuat tenun yang harganya 250 bisa jadi 1 juta,” kata Gubernur.
Industrialisasi merupakan proses peningkatan nilai tambah suatu produk mentah yang diolah menjadi berbagai macam produk jadi. Sama halnya dengan kain tenun ini, dapat dibuat menjadi sarung, celana, baju, dan lainnya sehingga meningkatkan nilai jual dari tenun tersebut.
“Kedepannya, Oi Fo’o harus menjual barang yang sudah dijahit, agar harganya lebih tinggi,” ungkapnya.
Ia berharap industrialisasi di Oi Fo’o ini berjalan dengan baik sehingga perekonomian masyarakat dapat meningkat.
Di akhir acara Gubernur memborong tenun kerajinan masyarakat setempat yang disambut meriah oleh masyarakat Oi Fo’o.
Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB Nuryanti ME mengatakan, pihaknya terus mendorong masyarakat agar tidak lagi menjual produk tenun, tapi produk yang sudah ready to wear atau
pakaian jadi, tentunya dengan brand lokal yang harus mulai di bangun karakter nya.
“Sehingga pada saat Lombok Sumbawa Internasional modes fasion festival (LIMOOF) bulan Juli nanti, brand lokal dapat dikenal oleh dunia dan mulai melakukan bisnis maching,” kata Nuryanti kepads Suara NTB Selasa (4/4) kemarin.
Kedepan, pihaknya menargetkan semakin banyak penenun yang menggunakan pewarna alam, tidak luntur, dan bahan yang digunakan lebih ringan dan adem. Semua nilai lebih itu akan membuat konsumen tenun lebih memilih produk tenub Lombok, Sumbawa dan Bima.
Dengan perkiraan jumlah penenun mencapai 10 ribu orang, ekonomi NTB diyakini akan tumbuh positif jika aktivitas industri tenun terus digalakkan. Terlebih jika pasar tenun ini terus bergairah, maka dari sisi produksi juga akan meningkat dan tambah berkualitas.
Memang sejauh ini belum ada kalkulasi kisaran berapa uang yang berputar di industri tenun ini. Namun dari permukaan terlihat bahwa banyak orang yang menggantungkan hidupnya di sektor industri ini.
Menurutnya, di Provinsi NTB semakin banyak industri kain tenun yang ramah lingkungan. Misalnya dengan tidak lagi menggunakan bahan kimia, sehingga limbahnya ramah lingkungan. Konsep itu merupakan nilai plus dari perjalanan menuju Moslem Fashion Industry yang sedang digalakkan.
Dinas Perindustrian bersama dengan Dekranasda akan terus mendorong lahirnya event-event yang menampilkan produk kain tenun. Hal itu akan berdampak positif terhadap promosi dan penjualan, termasuk brand NTB sebagai penghasil kain tenun dengan aneka corak dan motif di Indonesia.